![]() |
sumber |
Tahun 2013 telah berlalu. Kenangan manis, pahit, dan getirpun telah kita jumpai. Arena permainan yang baik hingga burukpun telah kita lewati. Saatnya kita sambut pergantian tahun dari 2013 menuju 2014. Agenda 2014 harus lebih baik dari tahun sebelumnya. Begitu juga perilaku kita, bisa menjadi cermin di tahun 2014. Tidak sedikit dari kita yang hanya menanti pergantian tahun dengan pesta kembang api, bermain mercon, terompet, hingga pesta miras. Yah, semua itu hak kita untuk melakukan ceremony berbentuk apa pun saja. Namun bukankah yang membawa manfaat itu lebih baik? Misalnya di Jambi tempat tinggal saya diadakan pengajian. Siraman rohani dari kiai membuat tahun baru terasa lebih indah dan masuk hingga ke kalbu.
Sedangkan di tempat saat saya belajar sekarang ini yaitu di Jogja--mungkin kota lain juga sama--pergantian tahun terasa berbeda. Tempat pergantian tahun yang awalanya akan dilakukan di alun-alun utara, selatan dan kawasan Malioboro harus dialihkan. Bukan karena ketakutan keamanan atau kejadian yang tidak diinginkan. Tapi wafatnya adik Sri SUltan Hamengkubuwono ke XI yaitu Gusti Joyo di rumah sakit Jakarta (Kirim Al-Fatihah unutk beliau). Warga Jogja dan sekitarnya untuk ikut berbela sungkawa. Berita lelayu kemudian menyebar hingga ke pelosok Jogja. Yang memiliki BBM langsung broadcast. Pergantian tahun kemudian beralih ke kawasan yang lumayan jauh. Parangtritis, Kaliurang, Jalan Solo dikawasan Ambarukmo Plasa, Tugu dan sekitarnya.
Bagitu juga pusat pergantian tahun diadakan di Bukit Bintang, Patuk, Gunung Kidul. Jam 9 malam sudah penuh. Parkir mobil memenuhi jalan. Mungkin petugas parkir tidak siap dengan adannya pendatang yang akan membludak. Akhirnya terjadi kemacetan total. Berjalan hanya 1 tarikan gas berhenti lama. Dan akhirnya dibuka lagi parkir yang sebelumnya tidak disiapkan. Anak-anak muda, orangtua beserta putra-putrinya datang untuk menyaksikan secara langsung malam pergantian tahun. Pemandangan yang indah di atas bukit dengan melihat Jogja dengan gemerlap keindahanya. Pesawat yang landing langsung terlihat, jalanan penuh sesak dengan kendaraan. Dan kembang api yang meletus di udara sebelum jam 12 malam pun sudah terlihat.
Tepat pukul 00:00 WIB, kembang api menyerbu udara. Suara ledakan sahut-sahutan. Saling balas dengan beraneka macam bentuk. Ada yang berbentuk pohon kelapa. orang, bintang, dan lain sebagainya. Ular berkejar-kejaran pun tak luput dari pandangan. Semua mata tertuju ke langit, semua khusyu' melihat api yang bisa mengeluarkan cahaya di udara. Kita lupa dompet, tas, dan lain sebagainya. Pengunjung pun saling berjejal-jejalan. Tidak sedikit yang membunyikan terompet. Pertanda pergantian tahun telah dimulai dan sebentar lagi selesai.
Pukup 00:30 WIB kembang api mulai hilang. Langit kembali cerah. Namun sisa-sisa asap masih terlihat. Bau kembang api juga menyengat. Para pengunjung mulai pulang. Apa yang terjadi? Adanya kemacetan yang sangat parah sekitar 2,5 jam. Mendingan jika bisa berjalan hanya dengan satu tarikan gas. Atau 1 cm pun masin tetap jalan. Ini tidak jalan sama sekali. Macet. Ya, macet total. Saking gerahnya kemudian ada yang memancing membunyikan klakson. Sehingga terjadi saura "Tiiiin, tiiiin, tiiiin" berkali-kali. Membuat telinga kita menjadi panas. Belum lagi ada knalpot yang dengan suara yang cukup keras "grung, grung, gurng" menambah duka pada malam itu.
Setelah 2,5 jam akhirnya berjalan. Walaupun lambat sekali. Tangan dan kaki pegal. Belum lagi jalanan turun yang sangat curam. Bisa membahayakan pengendara. Hmm, yang jelas tahun ini terasa lebih berkesan dan berduka dengan kepergian gusti Joyo. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Aamiin. Dan semoga tahun ini dan tahun depan menjadi awal menuju kesuksesan. Aamiin.
Tag :
Serba-serbi
0 Komentar untuk "Tulisan Awal Januari-Catatan Malam Tahun Baru "
Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan