![]() |
sumber gambar |
Jika kita membaca dunia pewayangan Jawa, kita akan kenal dengan namanya Punakawan. Siapa yang tidak tahu Punakawan, di sana ada Gareng, Petruk, Bagong, Semar dan lain sebagainya. Benar nggak sih? Hehe. Ditinjau dari sudut pewayangan, tentunya Punakawan berlainan dengan para wayang yang lain. Namun kita perlu menyadari mungkin Punakawan itu menjadi cermin dari masyarakat lokal. Kejadian masyarakat awam yang dengan apa adanya selalu gembira, bekerja, tertawa dan penuh dengan guyonan. Walaupun belum sejahtera juga hidupnya. Ini salah siapa?
Nah, menurut bukunya Gus Har dalam judul "Jaman Penjor" Salah satu Punakawan dengan perwujudan paling parah di antara Punakawan yang lain adalah Gareng. Gareng terlihat tidak proporsional. Paling plekethot (tidak membentuk). Gareng ini nama lengkapnya adalah Nolo Gareng. Yang konon katanya diadaptasi dari bahasa Arab Naala Qariin yang berarti memperoleh banyak teman.
Gareng itu kan jalannya pincang karena kaki kirinya cekre (cacat). Kaki kirinya menapak tanah dengan berjinjit dan tidak bisa diubah. Kata Gus Har seperti pemain bola yang habis terkena tekel lawan yang keras dari belakang.
Kemudian yang menarik dari tulisan Gus Har adalah bagaimana kondisi fisik Gareng itu adalah gambaran dari orang yang sudah sumeleh (mengendap jiwanya) karena digambarkan dengan anggota badan sebelah kiri yang cacat dan mengalami disfungsi. Bagian kiri merupakan keinginan duniawi. Dan Gareng pun sudah mampu mengalahkannya. Gareng adalah simbol dari orang yang sudah bisa mengendalikan tangan, kaki, mata, telinga, dan hatinya yang disebelah kiri yaitu hawa nafsu. Hanya bagian kanannya yang bisa difungsikan secara normal.
Lalu yang menarik lagi adalah dalam ajaran islam diajarkan bagaimana berpuasa. Seperti yang telah ditetapakan dalam rukun islam. Berpuasa secara harfiah bisa digambarkan dengan tidak makan, minum, melakukan hubungan suami istri, dan semua yang dilarang yang lain dari munculnya fajar hingga terbenamnya matahari. Inti dari ajaran ini sebenarnya adalah tidak mengumbar hawa nafsu. Hal-hal duniawi jangan dituruti terus. Sepertinya yang patut kita ketahui bahwa maksud dari puasa adalah menciptakan sifat-sifat Gareng pada masing-masing kita. Dengan cara harus mampu menon-aktifkan keinginan sebelah kiri yang sesat, saru, dan salah.
Itulah pelajaran yang bsia diambil dari salah satu Punakawan yaitu Gareng. Semoga Petruk, Semar, Bagong bisa menyusul. :)
0 Komentar untuk "Gareng - Pelajaran Apa yang bisa kita petik?"
Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan