![]() |
Sumber Gambar |
Kau lihat kawan, di sana masih ada yang menggembalakan ternaknya dengan tenang. Teduh di bawah pohon rindang. Semburat cahaya mentari memancarkan sinarnya hingga bumi. Seruling sakti menemaninya, air mengalir masih saja terus menuju muaranya. Pohon masih berdiri kokoh dengan akar yang kuat menerobos bumi. Kau tahu kawan? Di manakah itu?
Itulah di desa yang masih jauh dari dunia metropolitan. Desa yang masih penuh dengan kesejukan, air masih jernih mengalir, ikan-ikan masih terlihat warna-warni. Dari kejauhan, kau akan melihat anak-anak berenang ke sana kemari. Di sisi lain, ada yang masih bermain lompat tali seraya bercanda gurau.
Masih adakah fenomena semacam ini kau temukan di kotamu? Atau di desamu? Desa yang dulu rumputnya dipenuhi embun pagi, desa yang setiap pagi masih ada burung berkicau, sekarang berubah menjadi pemukiman. Pabrik-pabrik industri merajalela, mall-mall ada dimana-mana, bahkan airnya mengotori warga. Proses Amdal belum selesai tapi gedung-gedung besar sudah menghiasi kota.
Kawan, apakah kau rindu alammu yang dulu? Jika iya, pergilah ke desa, atau ke tengah gunung yang masih alami alamnya. Di sana kau akan menemukan betapa alam ini masih indah. Di sana kau masih menemukan sesama tetangga saling membantu, jika yang satu tidak bisa makan, maka tetangga yang lain akan memberikan beras. Di sana mungkin orangnya tidak memiliki uang, tapi mereka memiliki hasil dari menanam padi, sayuran, dan buah. Apakah kau rindu alammu yang dulu?
Tag :
Percik
0 Komentar untuk "Aku Merindukan Masa Kecil: Saat Alamku Masih Sejuk"
Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan