"Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi yang lainnya"

Selamat Datang di Sofyan Blog's - "Kesuksesan hanya milik mereka yang mau berjuang"

Bagaimana Cara Menulis Essay yang Baik dan Benar?

Sofyan Blog's   Menulis Essay sebenaranya tidak lah terlalu sulit. Referensi nya pun sudah sangat banyak dari internet. Menulis essay tidak sesulit yang kita bayangkan. Hanya saja kita butuh pengalaman dan mencoba untuk membuat essay. Essay bisa dituangkan dengan cara mengarang dengan cara menuangkan kata-kata dalam kaliat dan tentunya masih ada keterhubungan antar kalimat. Nah, bagaimana cara menulis Essay yang baik

 

Sumber Gambar

Makna

 

Dalam KBBI negara kita Essay disebut esai adalah prosa yang di dalamnya membahas tentang sesuatu berdasarkan topik namun dalam sudut pandang yang menulisnya. Cara menulisnya dapat anda lihat di surat-surat kabar yang ada dan beredar di mana-mana. Publikasi Essay bisa melalui macam-macam media seperti di halaman opini koran atau sebuah majalah. Kolom essay disediakan di koran-koran dan anda bisa menuliskan opini anda di sana melalui persetujuan dari redaksinya.

 

Ada yang mengatakan Essay dan opini itu sama namun sebenarnya ada bedanya yaitu essay itu karya tulisnya sedangkan opini itu adalah isinya.

 

Cara menulis essay itubagaimana sih?

 

Sebelumya Anda harus membuat sebuah topik sebelum menulis sebuah essay. Dari pertanyan itu anda bisa memberikan beberapa jawaban yang mampu meberikan solusi bagi jawaban-jawaban sebelumnya. Dari jawaban-jawaban terakhir anda maka anda bisa mengambil kata kunci yang dapat di analisis lebih dalam sehingga memberikan sebuah tulisan yang bagus.

 

Menulis Essay mempunyai cara tertentu dengan menyesuaikan materi topiknya menurut kemampuan anda. Gaya tulisan bisa lugas, tidak perlu menggunakan kata-kata personifikasi yang rumit sehingga tidak bisa di pahami. Intinya adalah memaparkan dengan cara yang di mengerti oleh banyak orang. Tulislah essay anda dengan cara mempermainkan empati pembaca dan gaya bahasa yang mampu meyakinkan banyak orang.

Membaca adalah hal yang Anda perlukan untuk pengembangan kata kunci ini. Bacalah secara berulang sesuatu yang berhubungan dengan kata kunci yang anda pilih agar mampu mengembangkannya dengan baik sehingga argumen-argumen anda dalam menjawab pertanyaan sebelumnya dengan baik dan tidak rancu. Namun jika anda ingin mengembangkan essay anda maka bacaan yang harus anda baca seharusnya seperti di bawah ini :

 

- Lihatlah hubungan antara topik dengan bacaan Anda.

 

- Apakah jawaban Anda didukung oleh apa yang anda baca?

 

- Bacaan harus mendukung argumen-argumen Anda.

 

- Bacalah literatur atau apapun yang mendukung bacaan Anda.

 

Nah setelah Anda membaca dengan aturan di atas maka yang perlu anda lakukan adalah mencari jawaban-jawaban berdasarkan pertanyaan sebelumnya, namun anda harus mebiasakan diri mencatat apa saja yang mendukung essay anda. Catat seteliti mungkin dengan memberikan poin penting pada catatan anda karena sebagai manusia tidak semua dari kita memiliki ingatan yang baik.

 

Selanjutnya Susunlah Ide anda dan mulai menulis

 

Pertanyaan sudah Anda pegang untuk sebuah topik dan anda sudah melakukan langkah-langkah di atas. Kemudian yang perlu anda lakukan adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan itu nda kaji catatan yang ada dan menentukan poin-poin mana yang terlebih dahulu yang harus anda lakukan.

 

Kerangka dasar yang harus anda buat adalah cara yang sederhana namun baik untuk menemukan jawaban-jawaban anda atas pertanyan-pertanyaan yang anda susun tadi. Kerangka dasar tersebut seperti:

Membuat Pendahuluan

 

Cerita singkat dari ide pertanyaan dan jawaban yang sudah anda persiapkan dari tadi adalah apa yang di bahas di pendahuluan ini. Fungsi dari pendahuluan adalah membahas masalah sedikit dan pengembangannya sampai di mana tanpa harus mendetail.

 

Mengembangkan Isi atau membuat isi

 

Bagian ini adalah bagian terpenting di mana isi essay anda karena jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ada di sini serta argumen-argumen tambahan berdasarkan jwaban-jawaban harus sinkron dan tidak boleh saling asing. Dukungan teori-teori dari sumber lain seperti buku perlu sebagai acuan pendukung keabsahannya sehingga tidak terkesan tulisan asal-asalan.

 

Kesimpulan

 

Bagian ini adalah anda menunjukkan jawaban dari pertanyaan yang telah di buat sebelumnya. Tidak di sarankan memberikan info baru dari isi karena kesimpulan adalah inti sari dari isi yang di utarakan.

 

Demikianlah sekelumit tentang cara menulis essay yang sederhana. Semoga berguna bagi anda.

 

Sumber: http://armanefendi.com/tips-and-trick/bagaimana-cara-menulis-essay-dengan-baik.html

 

CONTOH ESSAY:

Fana

Esai Goenawan Mohamad

 

Selalu ada yang pergi. Kematian adalah momen luar biasa bagi yang tak bisa kembali, tapi, akhirnya, ia peristiwa yang tak istimewa bagi dunia.

 

Biarlah orang melakukan yang diinginkannya,

lalu mereka mati, semua, satu-satu.

Bagi awan, himpunan itu, tak ada

yang ganjil di saat itu.

 

Dan Wislawa Szymborksa meninggal dalam usia 88 tahun pekan lalu, beberapa puluh tahun setelah ia menuliskan bait itu. Saya kira ia tak akan berkeberatan jika kita katakan bahwa kepergiannya tak terasa seperti direnggutkan. Dalam Wielka Liczba (‘Jumlah Besar’) ia menulis bahwa di antara milyaran manusia yang melewati sejarah, hidup hanya ‘terentang sepanjang bekas cakar kita pada pasir.’

 

Di ujung bekas cakar itu ada garis yang putus. Senafas dengan itu, penyair Polandia ini juga menulis tentang ‘lenyap’ — tentang hilangnya sambungan yang tak bisa diubah. Di sebuah ruang, demikian baris-baris dalam Kot W Pustym Mieszkaniu, (“Kucing di Apartemen”),

 

seseorang pernah selalu ada di sana,

selalu ada di sini, kemudian

tiba-tiba lenyap

dan terus menerus lenyap.

 

Lenyap. Atau lebih baik: mati. Tapi kematian punya batas. Dengan ironi dan nada rendah, Szymborska memberitahu, ‘siapapun yang mengatakan bahwa maut maha kuasa ia sendiri bukti bahwa tak demikian halnya’. Sebab baginya,

 

Tak ada hidup

yang tak bisa kekal

meskipun cuma sebentar

Mungkin itu sebabnya penyair ini menulis — dengan kalimat yang bersahaja, tak melambung, tak berliku — tentang hal-hal yang fana, tapi kita temukan di antara itu bayang-bayang kekekalan.

 

Bukan karena ia seorang yang percaya kepada yang transendental. Saya tak tahu benar apakah ia seorang yang beriman. Baginya, ‘kekal’ yang ‘cuma sebentar’ itu tampak pada materia, dalam alam (‘lanskap’) yang berubah terus. Awan tak pernah mengulangi bentuknya semula. Pada ‘alir kali, bentuk hutan, pantai, gurun, dan glasir’, kita merasa seakan-akan ada ‘ruh yang kecil’ yang mengembara di sela-selanya, ‘menghilang, kembali, mendekat, menjauh, mengelak dan jadi asing bagi dirinya sendiri’.

 

Seorang penyair acapkali punya sejenis animisme dalam dirinya: menemukan sesuatu yang membuat alam terasa terkadang akrab terkadang ganjil, terkadang menantang, terkadang membujuk. Tak ada yang ‘jadi’. Yang ada ‘men-jadi’. Ya, ‘ruh yang kecil’ itu ada di sana.

 

Karena merasakan ‘ruh yang kecil’ itu pula agaknya Szymborska merekam percakapan dengan batu dalam Rozmowa z Kamieniem’:

 

Kuketuk pintu-depan batu itu.

Ini aku, izinkan memasukimu.

 

Dalam sajak ini, sang tamu ingin masuk ke dalam batu antara lain karena ingin tahu. Tapi juga, ‘masuk’ baginya berarti berperan sebagai subyek yang menyaksikan apa yang di dalam.

 

Kudengar ada balairung kosong dalam dirimu,

sesuatu yang tak tampak: indah, namun percuma,

sesuatu yang tak bersuara: ruang yang tak punya gema.

 

Sang pengetuk tampaknya berasumsi bahwa kesaksiannya begitu menentukan: hanya dengan kehadirannya dunia yang terhampar bisa punya nilai dan makna. Tapi bagi sang batu, justru asumsi itulah yang harus ditolak. Yang ada dalam dirinya tak memerlukan kesaksian dari jauh. Mungkin ruang itu indah, sahutnya, tapi tidak buat seleramu yang hanya sebegitu saja. ‘Pergilah’, katanya, ‘aku tertutup rapat’. Lalu ia patahkan ambisi di depan pintu itu:

 

Kau mungkin akhirnya mengenalku,

tapi tak akan sepenuhnya mengetahuiku.

Seluruh permukaaanku menyambutmu.

Yang di dalam diriku melepaskan diri.

 

‘Masuk’ berarti ‘invasi’, usaha menduduki, bila disertai hasrat ‘sepenuhnya mengetahui’. Dan ini penting ditunjukkan kepada sang pengetuk pintu, yang menganggap ‘tak mengetahui’ sebuah cacat, sebagaimana ia nyatakan kepada sang batu: Akuilah, bahwa kau sendiri tak mengetahui balairung di dalam dirimu.

 

‘Tak mengetahui’… Haruskah itu disesali? Dalam pidatonya waktu menerima Hadiah Nobel Kesusatraan 1996, Szymborska justru menegaskan pentingnya posisi itu. ‘Aku-tak-tahu’, katanya, adalah kalimat yang harus selalu diulang penyair. ‘Tiap sajak menandai sebuah usaha menjawab pernyataan itu. Tapi begitu tahap terakhir sampai di halamannya, sang penyair mulai ragu, mulai menyadari bahwa jawabannya itu hanyalah sesuatu yang dibangun seadanya…’

 

Maka yang penting bukanlah ambisi ‘aku-tahu’. Ambisi itu akhirnya cuma bisa sejenak ‘masuk’ mencapai sebuah penguasaan kognitif (‘tahu’). Lagipula, ambisi itu — dan akhirnya sebuah klaim — hanya akan meletakkan dunia dan liyan sebagai obyek. Padahal di dunia yang dirundung kekuasaan ini (kita anak ‘zaman politik’, kata Szymborska) yang dibutuhkan adalah sebuah laku yang lebih akrab, lebih hangat.

 

Dalam sajak di atas, sang batu menyalahkan tamunya: kau tak memiliki ‘rasa ikut ambil bagian’ (a sense of taking part), ujarnya. Di saat ‘ikut ambil-bagian’, aku bukan obyekmu, kau bukan obyekku. Kita sama-sama aktif dalam sebuah proses yang disebut ‘ada’, atau lebih tepat, ‘men-jadi’.

 

Dengan itu, yang fana mendapatkan artinya. Dan kerja seorang penyair adalah ‘ikut ambil bagian’ dalam yang fana itu: keragaman dan kesementaraan benda-benda dari saat ke saat. Szymborska mengutip Rilke, yang sajaknya, ‘Musim Gugur’, pernah diterjemahkan Chairil Anwar dengan indah itu. Rilke menasihati para penyair muda agar tak menuliskan konsep-konsep besar, tapi justru menyambut yang sehari-hari. ‘Jika kehidupan sehari-hari sepertinya memiskinkan engkau’, tulis Rilke, ‘jangan salahkan kehidupan. Salahkan dirimu. Kau tak cukup memadai sebagai penyair untuk mencerap kekayaannya’.

 

Szymborska sendiri adalah contoh penyair yang seperti itu.

 

[Majalah Tempo Edisi Senin, 06 Februari 2012]

 

Nah, di atas adalah caramenulis Essay yang Baik. Silahkan dicoba.

 


0 Komentar untuk "Bagaimana Cara Menulis Essay yang Baik dan Benar?"

Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan

Back To Top