Manusia diciptakan oleh Allah SWT supaya
menghambakan diri kepadNya. Namun manusia terkadang tidak peduli denganNya.
Karena sebagian manusia hanya memandang hidup adalah di dunia, jadi tidak perlu
menghambakan diri kepadaNya. Tetapi mereka lupa bahwa sejatinya hidup adalah di
akhirat. Manusia ketika hidup di dunia harus bisa memperlakukan dirinya
seperti apa yang Allah SWT perintahkan yaitu bertakwa. Takwa dalam arti
senantiasa menjalankan apa yang menjadi perintahNya dan semaksimal mungkin
menjauhi apa yang dilarang olehNya. Dalam perjalanannya, manusia harus mencari
ilmu sebagai bekal hidupnya. Karena orang yang berilmu tidak akan goyah ketika
mendapati perbedaan, tidak anarkis ketika terpancing amarahnya, berpikir dalam
melakukan tindakan dan bisa menjadi panutan bagi manusia lainnya. Ada
pepatah mengatakan “Jadilah Orang yang berilmu”. Ya. Mengapa harus dengan
ilmu? Karena orang yang mempunyai ilmu kemudian mendedikasikan ilmunya untuk
kemaslahatan umat maka akan menjadi cahaya bagi seluruh alam. Di mana ketika
tidak ada cahaya, maka manusia akan dihadapkan pada kegelapan yang tidak tahu
arah. Ilmu kemudian lahir dan menjadi cahaya bagi siapa saja. Bukan hanya bagi
makluk Allah SWT yaitu manusia, namun bagi semua makhluk di alam semesta ini.
Ilmu mutlak menjadi dasar manusia karena dengan ilmu kita akan memperlakukan
apa saja dengan hati-hati, sesuai dengan kapasitas dan fungsinya. Berbeda
dengan orang yang tidak berilmu, mereka akan memperlakukan sesuatu pasti
berbeda dengan yang mempunyai ilmu.
Pada hadis-hadis disebutkan bahwa" Carilah ilmu sampai ke negeri China". Kutipan tersebut membuktikan bahwa mencari ilmu merupakan kewajiban manusia walaupun susah menempuhnya, ilmu menjadi investasi dari masing-masing individu guna mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mari kita bercermin terhadap diri kita pribadi, sejauh mana ilmu kita. Belajarlah memandang orang yang lebih tingggi dari sisi keilmuannya. Hal tersebut dimaksudkan supaya kita bisa mencontoh dan termotivasi sepertinya.
Sahabat yang baik hatinya
Orang yang berilmu tidak bisa dipandang
sebelah mata, mereka akan selalu dibutuhkan oleh banyak orang. Dari sisi
finansial orang yang berilmu jelas tidak masalah. Karena orang yang berilmu
dijamin oleh Allah SWT mengenai kelangsungan hidupnya. Orang yang mempunyai
ilmu akan selalu menyejukkan manusia lain, lembut sikapnya, ramah
perangainya dan apa yang didapatkannya akan selalu diamalkan. Karena tujuan
hidupnya adalah "Anfa'uhum Linnas" Bermanfaat bagi manusia yang lain.
Selangkah demi selangkah mari jejakkan kaki kita menuju mejelis-majelis ‘ilmu.
Disanalah kita akan menemukan percik-percik cahaya ilahiyah. Berbeda halnya
jika langkah kaki kita kemudian dipijakkan menuju tempat-tempat yang tidak
membawa kemanfaatan. Justru akan membawa kita ke jalan kesengsaraan yaitu jalan
yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.
Selanjutnya mari kita teladani Rasulullah Muhammad SAW, di mana dalam diri beliau terpancar cahaya keilmuan yang luar biasa. Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan manusia untuk menjadi orang yang berilmu. Pertama semaksimal mungkin dengan ikhtiar dan berdoa kita diharapkan menjadi orang yang 'aliman (pengajar, guru), kalau tidak bisa menjadi pengajar atau guru usahakan menjadi muta'alliman (santri, murid), kalaupun belum bisa juga maka jadilah mustami'an (Mau menjadi pendengar yang baik) tetapi jika belum sanggup juga ya setidaknya jadilah Muhibban (Suka dengan majelis-majelis ilmu, pengajian). Walam takun homisan, fatahik (Jangan jadi orang yang ke lima). Nomor lima jelaslah bukan dari bagian yang empat di atas.
Sahabat yang baik hatinya
Seperti apa yang
disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW mengenai tingkatan keilmuan, semua itu
harus menjadi cerminan bagi kita untuk menjadi manusia seperti apa yang Allah
SWT inginkan. Karena sejatinya hidup adalah menjadi apa yang Allah SWT
inginkan, bukan menjadi yang kta inginkan. Dalam meraihnya kehidupan yang baik
jelaslah bahwa, Allah SWT akan memberikan jalan bagi hamba-hambanya yang mau
berusaha dan berdoa kepadaNya. Mendekatkan diri dengan cara tawakal, taqorrub
dan tawadhu’ kepadaNya. Sehingga dengan jalan tersebut, masing-masing
inividu bisa mengukur kualitas taatnya kepada Allah SWT. Jika kita berpikir
secara sistematis mengenai orang yang berilmu yaitu :
1.
'Aliman
2.
Muta'alliman
3.
Mustami'an dan
4.
Muhibban
Jelaslah orang yang
berilmu seperti guru, pengajar menjadi yang paling tinggi tingakatannya karena
mereka orang yang 'alim, diberi kelebihan berupa ilmu, dengan ilmu yang
didapatkan akan diamalkan di jalan Allah SWT. Sehingga mereka akan
menjadi teladan dan panutan buat orang lain. Jika kita tidak sanggup menjadi
orang 'alim maka jadilah yang kedua yaitu muta'alliman. Orang yang mau belajar
pada orang yang 'alim, menjadi santri atau muridnya. Insyaallah apa yang
diajarkan para 'alim akan merasuk dalam hati dan jiwa kita. Santri atau murid
harus tawadhu' pada guru, tekun dalam belajar dan mencintai apa yang
sedang dipelajari. Insyaallah ilmu yang kita dapatkan akan membawa
keberkahan buat orang lain. Kemudian kalau belum bisa juga jadi yang
kedua maka jadilah yang ketiga yaitu mustami'an. Jadilah pendengar yang baik,
datangi majelis-majelis ilmu seperti mendengarkan tausiyah. Dengan demikian
kita akan mendapatkan ilmu dari para mubaligh, ustadz-ustadzah ataupun para
kiai. Perbedaan muta'alliman dan mustami'an adalah, kalau santri atau murid
akan mencatat apa yang didapatkannya, sedangkan yang mustami'an hanya
mendengarkan saja dan menggunakan akalnya untuk menyerap apa yang telah
didengarkannya. Jika nomor satu, dua dan tiga tidak bisa maka jadilah yang ke
empat yaitu muhibban. Jadilah orang yang suka sama orang 'alim, suka
majelis-majelis ilmu. Jangan pernah membencinya. Sukailah ketika ada pengajian,
ceramah-ceramah agama. Walaupun itu terkadang mengganggu ketika kita sedang
istrihat, namun percayalah semua itu akan membawa ke arah kemanfaatan.
Dari beberapa hal di atas
betapa Rasulullah Muhammad SAW sangat bijak dalam memberi pelajaran, sejauh
mana umatnya mau mengikuti apa yang disampaikan. Banyak pilihan yang diberikan,
tinggal kita mau memilih. Karena hasil akhir kehidupan itu baik atau
buruk adalah pilihan dari masing-masing individunya. Tetapi yang menjadi
catatan besar adalah menuntut ilmu wajib hukumnya maka jadilah orang yang
berilmu.
Betapa mulianya jika kita
mempunyai ilmu kemudian membagikannya kepada saudara-saudara kita. Ilmu yang
kita berikan akan membawa berkah bukan hanya bagi pemiliknya, namun bagi yang
belajar kepadanya dan kemudian tidak akan pernah putus pahalanya sampai dirinya
tiada. Ketika ilmu yang hanya setetes diamalkan, maka balasannya akan seluas
lautan. Percikan-percikannya akan menjadi bukti ketika manusia dikumpulkan di
padang mahsyar. Dimana tempat itu merupakan bangkitnya manusia dengan berbagai
rupa dan bentuk. Sesuai dengan amal kebajikannya ketika hidup di dunia. Ilmu
yang bermanfaat akan selalu mengalir tiada akhir. Semoga kita menjadi manusia
yang berilmu dan selalu di rindukan surgaNya. Aamiin.
Wallahu'alam Bissowab...
Tag :
Ngaji
0 Komentar untuk "Jadilah Orang Yang Berilmu"
Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan