Yogyakarta, 18 Januari 2013
Teruntuk FAM, Pemberi semangat baru
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Maha suci Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada hambaNya, sehingga saya bisa menuliskan surat terbuka ini kepada pemberi semangat dan nuansa baru dalam kehidupan saya. FAM Indonesia. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun jalan kita, sehingga kita menjadi manusia yang bisa memberikan rasa aman kepada yang lainnya.
FAM, baru beberapa hari saya menjumpaimu melalui dunia maya, hati ini terasa diberikan kekuatan kembali untuk menulis. Inspirasi dan ide yang dulunya hanya tertahan dalam diri, tanpa bisa tertuliskan karena tiada keberaniaan menuliskannya. Namun semua itu terkikis ketika berjumpa melalui websitemu, FAM. Alhamdulillah, beberapa artikel saya baca, kemudian dengan tekad dan semangat, saya berniat menjadi bagian dari FAM Indonesia. Berawal darimu FAM, kemudian saya berjuang untuk berdiri dan bangkit menyusun dan menuliskan ide-ide yang terlalu lama mengendap. Pada akhirnya saya berjumpa dengan undanganmu tentang “Di Negara Itu Mimpi Saya Akan Berlabuh”.
FAM, setiap manusia mempunyai impian. Kemudian, impian hanyalah sebuah impian jika tidak diikhtiarkan kemudian diwujudkan. Menyambut undanganmu tentang “Di Negara Itu Mimpi Saya Akan Berlabuh” saya mempunyai mimpi tetapi sampai detik ini, ketika saya menggoreskan tinta untukmu FAM, mimpi itu belum terwujud. Semoga FAM dan FAMili bisa mendoakan saya dan saling mendoakan kepada seluruh anggota FAM, apa yang menjadi mimpi kita bisa dikabulkan oleh Allah SWT.
FAM, saya terinspirasi dari sahabat saya yang berada di negara yang negaranya lebih kecil dari Pulau Jawa. Negara itu mendapat julukan sebagai negeri ginseng. Bukan hanya itu, sekarang negara itu mendapat julukan sebagai Wired Country (Negara Kabel). Negara itu adalah Korea Selatan. Korea Selatan menjadi negara yang menarik bagi saya dan di sana saya akan mewujudkan mimpi ini, FAM. Penduduk yang memeluk agama Islam sangat minoritas sekali. Tidak lebih dari dari 1%. Namun di sana sangat menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, kekeluargaan dan terasa jauh dari kesenjangan sosial. Sepertinya jauh sekali dengan negara kita, FAM. Bukan maksud saya tidak mencintai negeri ini, namun ini menjadi parameter bagi negara saya Indonesia. Saya ingin belajar di negara tersebut kemudian akan kembali membawa sesuatu yang bisa saya berikan kepada negara kita tercinta.
FAM, izinkan saya berbagi mengenai Korea Selatan. Mengapa Korea Selatan mendapat julukan sebagai negara kabel? karena negara tersebut mempunyai kebanggaaan yang tidak dipunyai oleh negara lain, yaitu berupa kecepatan internetnya yang mencapai 12 sampai 21 mb/s. FAM, jika saya di sana, saya akan surfing tentangmu. Kemudian akan saya kirimkan alamat FAM Indonesia agar menjadi pencarian nomor 1 pada situs-situs pencarian. Bukan karena saya berasal dari Indonesia kemudian menginginkan itu, tetapi FAM Indonesia pantas menjadi nomor 1 di negeri ini.
FAM, tradisi di negara itu menjadi teladan bagiku. Mereka selalu memuliakan tamu yang datang ke sana. Adat yang ada sangat baik, setidaknya begitulah mereka memperlakukan semua tamu seperti tamu istimewa. Hal lain yang menjadi renungan dan menyentuh adalah bagaimana mereka ketika masuk ke stasiun subway, kita akan dibuat terperanjat karena banyaknya orang-orang yang berlalu lalang dengan sangat sibuknya. Namun FAM, di dalam subway terdapat tempat duduk bagi para manula, orang cacat dan ibu hamil. Tempat duduk itu akan selalu terpisah dengan tempat duduk lainnya. Tetapi FAM, walaupun itu kosong, namun tempat duduk itu tidak pernah ada yang berani mengisinya. Terkadang orang tua pun tidak mau duduk di sana. Karena mereka tidak mau dianggap tua. Hal lain yang menjadi cerminan bagi negara kita adalah budaya mengantri. Mengantri sudah menjadi hal yang terbiasa bagi penduduk Korea Selatan. Bukan hanya mengantri ketika ingin menaiki kendaraan umum, namun ketika memasuki toilietpun mereka akan mengantri. Tidak ada yang main serobot tanpa aturan. Bahkan semua itu gratis mulai dari gedung-gedung mewah sampai pada tempat-tempat umum. Penduduk di sana akan melakukan antri dengan cara berbanjar FAM, tidak ada yang main serobot dan berdesak-desakan. Tetapi mereka akan melindungi dan menghargai yang lainnya. FAM, mereka juga selalu menjaga wanita, mereka tidak akan bersiul jika ada wanita yang lewat, karena mereka punya aturan siapa yang menggoda akan dipenjarakan. Jadi wanita akan merasa dilindungi dan merasa aman.
FAM, saya rindu negeriku seperti itu. Peradaban di mana toleransi dan jiwa sosial kembali di tegakkan. Gotong-royong dan rasa sopan santun kembali menghiasi negeri kami tercinta. FAM, antarkan saya menuju mimpiku di negara itu. Kemudian saya akan kembali membawa lembar demi lembar tulisan saya mengenai sesuatu yang sarat akan kemanusiaan. Terbitkan buku saya jika tulisan saya itu pantas dan layak diterbitkan melalui FAM publishing tentunya. Harapan saya FAM, buku itu nantinya bisa diberikan kepada bapak presiden, para pejabat negara dan orang yang berpengaruh terhadap kebijakan di negeri ini. Tetapi jika mereka masih mau membuka hati dan masih punya hati nurani.
FAM, beberapa kalimat terakhir saya sampaikan terima kasih atas motivasi dan semangat menuntun saya kembali mau menulis apa yang ada dalam benak saya. Jika buku itu telah terbit, saya ingin seluruh anggota FAM Indonesia memilikinya. Agar mereka bisa membagi ilmunya kepada masyarakat lain betapa pentingnya toleransi sosial, saling menghargai dan saling memiliki.
FAM, walaupun saya berasal dari kampung kecil kecil tetapi saya memiliki mimpi yang besar. FAM, sekali lagi antarkan saya menuju mimpi itu, kemudian akan saya ganti dengan beribu bingkisan nan indah dari korea. Karena tujuan hidup kita adalah “Anfa’uhum Linnas”.
Sekian dulu FAM, Semoga Allah SWT mengabulkan hajat saya, dan FAMili semua.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Muhammad Sofyan Arif
IDFAM1270U-Yogyakarta
Email: emsofyan.arif@gmail.com
Gambar: Salah satu tempat wisata di Korea Selatan, sumber Google.com
Tag :
Motivasi,
Serba-serbi
0 Komentar untuk "Mereka Memperlakukan Semua Tamu seperti Tamu Istimewa"
Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan