Sahabat, sekali-kali anda perlu berkunjung ke desa yang mendapat sebutan sebagai kampung bahasa. Di mana itu? Tentunya di Pare, Kediri, Jawa Timur. Kemudian mengapa saya merekomendasikan belajar bahasa di sana? Karena di sana mendukung untuk belajar bahasa Asing: Inggris, Korea, Jerman, Bahasa Arab dan bahasa asing lainnya. Sekitar tahun 2010 saya belajar di sana dan kira-kira hanya 3 bulan, saya mendapati sapaan yang hangat.
![]() |
Sumber Gambar |
Welcome to the jungle. Begitulah
sapaan hangat yang terucap dari tutor ketika saya memasuki camp di mana para pelajar menimba ilmu
bahasa Inggris. Kampung yang sering mendapat sebutan “Kampung Inggris”, tetapi
ada juga yang menyebutnya “Kampung bahasa”. Kampung Inggris berada di Kabupaten Kediri
kecamatan Pare. Tepatnya di Desa Tulung Rejo. Mengapa mendapat sebutan
kampung Inggris? Karena di sana terdapat 80 lebih tempat kursus yang menawarkan
berbagai program : speaking,
pronunciation, grammar, conversation, dan
lain sebagainya.
Kurang lebih 3 bulan saya tinggal di sana maka sedikit banyak bisa merasakan bagaimana kondisi
dan metode balajar yang ada. Warna kehidupan di sana jelas berbeda dengan
apa yang saya jumpai selama ini. Mereka belajar tidak kenal waktu. Pagi, siang,
sore dan bahkan sampai larut malam. Mereka yang tinggal di camp biasanya bangun pukul setengah
lima karena harus menunaikan sholat subuh berjama’ah. Jika tidak berjama’ah maka
akan dikenakanpunishment (hukuman).
Tidak semua camp menerapkan demikian, tetapi
mayoritas sudah menerapkan hal-hal seperti itu. Setelah sholat subuh, ada
program pagi di camp.
Programnya
masing-masing camp terkadang berbeda, ada yang menghafal vocabulary, ada yang belajar grammar, ada yang belajar pronunciation dan lain sebagainya. Setelah selesai
program di camp dilanjutkan dengan mengikuti program
di tempat-tempat kursus yang ada di sekitarnya. Menjelang sore kami pulang
untuk sholat maghrib berjam’ah dan ada lagi program malam. Begitulah aktifitas
sehari-harinya. Nuansa kebahagiaan dan ketakjuban yang tidak bisa
terlupakan. Bagaimana mana tidak? Pada camp yang saya tempati, ada moment special yang tak terlupakan. Pada awal
memperkenalkan diri, saya harus memanjat pohon mangga yang sudah ditebang
separuh. Dengan percaya diri pada pendatang berkenalan dengan penghuni camp. Mereka semua ramah-ramah,
suasana keakraban menjadikan kami semua tak akan pernah lupa masa-masa itu.
Saya sedih jika mengingat indahnya kebersamaan
yang ada waktu itu, setiap malam kami diskusi tentang kehidupan, masa
depan, pelajaran hari itu dan hal-hal lain yang mencerahkan. Kampung bahasa penuh dengan nuansa keakraban,
religius, semangat bekerja keras dan semangat persahabatan. Tidak hanya itu,
bagaimana setiap pagi kami semua akan iuran uang Rp. 3000,- kemudian dibelikan
nasi bungkus dengan lauk tempe goreng dan bakmi. Kami kemudian berkumpul di depan
halaman camp dan dibentangkan daun pisang.
Disitulah kami menikmati indahnya kebersamaan bercampur haru dan bahagia. Masa
itu selalu ada dalam kenangan. Di mana setiap berangkat kursus kami
akan naik sepeda bersama. Karena di sana banyak sekali yang menyewakan sepeda
dengan harga terjangkau. Setiap bulan kisaran 50 ribu. Kami naik sepeda
bersama sahabat-sahabat yang berasal dari berbagai daerah. Sore harinya kami
jalan-jalan menuju masjid agung An-Nur. Masjid besar nan indah yang berada di
kecamatan Pare.
Malam harinya kami menjumpai para pendatang sedang diskusi
menggunakan bahasa Inggris, terdengar juga camp sebelah sedang menghafal bahasa
arab. Kok bisa ada bahasa Arab? Ya. Di Desa Tulung Rejo tidak hanya menawarkan
kursus bahasa Inggris saja, tetapi berbagai kursus bahasa yang lain ; Arab,
Korea, Jepang, Jerman dan lain sebagainya. Desa yang melahirkan para generasi
yang cerdas. Sehingga wajar jika turis datang ke sini hanya untuk menikmati
keindahan kampung bahasa. Desa yang bisa dijadikan teladan untuk desa lainnya.
Desa yang pantas menjadi desa terbaik di negeri ini. Di sana saya
benar-benar menemukan kehidupan yang belum pernah saya dapati dimanapun.
Suasana belajar pun banyak yang di alam terbuka. Sehingga kita bisa bersahabat
dengan alam. Betapa indahnya kebersamaan itu. Sahabat-sahabat di sana merasa
saling memiliki. Teachers dengan segala kesederhanaan dan
kerendahan hatinya.
Ada yang mengajar menggunakan kaos oblong dan ada juga yang
menggunkan sarung. Kampung bahasa membentuk manusia bukan hanya dari tampilan
luarnya saja. Tetapi bagaimana membentuk karakter manusia agar bisa menghargai
kehidupan. Belajar tidak harus formal, tetapi mengerti dan paham akan apa yang
dipelajari. Ajaklah alam menjadi sahabat kita. Semua yang kita jumpai bisa
menjadi guru buat kita. Kenangan di kampung bahasa menjadikanku lebih
rendah hati.
Awal mulanya sedih dan tak rela meninggalkan kampung
itu. Tetapi demi masa depan, saya tetap berjuang melanjutkan perjalan hidup.
Kampung bahasa menjadi cerminan bagi saya untuk desaku nantinya. Tiada lagi
kesedihan yang berlarut-larut. Karena hidup mudah itu kita yang membuatnya
mudah. Hidup akan terasa susah karena kita yang membuat susah. Saya rindu
kampung yang demikian. Saya memiliki mimpi semoga desa kecil saya di Jambi bisa
menjadi kampung seperti kampung Tulung Rejo. Semoga
moment kebersamaan yang dulu saya dapati di sana terajut kembali dalam
nuansa yang lebih indah. Kampung bahasa tidak pernah meninggalkan kenangan, tetapi kerinduan akan
pelajaran kehidupan yang mendalam. Semoga kelak saya bisa merajut mimpi
untuk menemukan indahnya kebersamaan itu kembali.
Baca juga: Cara Cepat Mendapatkan Uang dari Blog
Tag :
Motivasi
0 Komentar untuk "Apa yang Anda Dapatkan dari Pare yang dikenal dengan Kampung Bahasa?"
Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan