OLEH PERUSAHAAN-PERUSAHAAN BESAR
(The Growth Strategies of Hotel Chains –
Best Business Practices by Leading Companies )
By Onofore Martorell Cunill, PhD
Review
A.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan yang dinamis dari industri
perhotelan di dunia telah menjadi tajuk utama pada pembangunan industri pariwisata
dalam 25 tahun terakhir. Perusahaan perhotelan besar seperti Hilton, Hyatt,
Accor, dan Sol Meh’a menjadi menjadi nama yang tidak asing lagi bagi para
pelancong maupun masyarakat konsumen yang lebih luas. Terlebih, banyak investor besar tertarik menanamkan saham pada bidang ini, sementara
itu setiap Negara berlomba-lomba mempromosikan aset wisatanya. Tidak sedikit
Negara yang mengandalkan sektor pariwisata untuk mendongkrak devisa Negara. Pada tahun 1998, hampir 7,6 juta pekerjaan di
Amerika secara langsung berhubungan dengan industri pariwisata dan perhotelan.
Selama dekade 1990, industri tersebut tumbuh 27,7%, dan diperkirakan akan terus
tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Tentunya dalam membangun sebuah bisnis
diperlukan strategi yang mantap dan berkelanjutan.
Strategi berasal dari kata strategos yang dahulu dipakai dalam
konteks penyebutan jabatan khusus di ketentaraan. Kemudian istilah tersebut
berkembang menjadi “kecakapan umum” , atau kecerdasan psikologis dan karakter,
Alexader Agung (330 SM) menggunakan istilah strategi dalam peperangan, yakni
cara dalam mengatasi musuh, yang kemudian diterapkan dalam sistem pemerintahan.
Perkembangan istilah ini pada tahun 1993 diartikan sebagai pola, posisi, dan
perspektif (Mintsberg&Quinn, 1993). Dalam dunia manajemen, “strategi”
merupakan pola atau rencana yang merangkum tujuan utama dan kebijakan
organisasi, juga membuat serangkaian tindakan yang logis untuk diterapkan di
organisasi. Strategi yang disusun dengan baik memudahkan sistemisasi dan alokasi
daripada sumberdaya yang dimiliki organisasi, dan mengelola kekuatan dan
kelemahan organisasi untuk meraih kesuksesan, keberlanjutan, situasi khusus dan juga mengantisipasi potensi perubahan konstekstual dan tindakan tidak
terlihat yang dilakukan oleh penyelidik dari perusahaan pesaing. Walaupun
setiap strategi untuk setiap situasi berbeda, terdapat beberapa kriteria umum
untuk membuat strategi yang baik, yakni pendekatan yang jelas, efek memotivasi,
hubungan internal, kesesuaian konteks, ketersediaan sumberdaya yang diperlukan,
derajad resiko, hubungan dengan manajer utama, kerangka waktu yang tepat, dan
pelaksanaan. Selanjutnya, dengan menilik strategi efektif dari skenario bisnis,
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa strategi yang efektif harus memasukkan
beberapa hal mendasar seperti :
Ø
Tujuan yang jelas dan tegas
Ø
Kemampuan mengambil inisiatif
Ø
Konsentrasi
Ø
Fleksibilitas
Ø
Kepemimpinan yang terkoordinasi dan berkomitmen
Ø
Keamanan, jaminan, dan hal yang baru
B.
RUMUSAN MASALAH
Terkait dengan peluang yang cukup menjanjikan dari bisnis perhotelan, kita
sebagai perencana bisnis harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara
menyusun strategi yang baik dalam pengelolaan bisnis di bidang perhotelan, yang
sekaligus menjadi perumusan masalah, yakni :
1.
Teori apa saja yang mendasari pertumbuhan strategi bisnis pada sektor perhotelan?
2.
Bagaimanakah proyeksi prospek
strategi perkembangan bisnis perhotelan di masa
mendatang?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui teori apa saja yang mendasari perumbuhan strategi bisnis
pada industri perhotelan.
2.
Mengetahui proyeksi prospek perkembangan bisnis perhotelan di
masa mendatang.
D.
PEMBAHASAN
Aspek penting untuk menunjang pemikiran
dalam analisis dalam strategi kompetitif bisnis adalah dengan penilaian
industri perhotelan. Terkait hal tersebut, pimpinan perusahaan harus mampu
mengidentifikasi aktifitas apa yang dapat mempengaruhi perusahaan dan agar
dapat mengatasi beberapa usulan strategi kompetitif yakni : cost leadership,
differentiation, dan market
niche strategies. Keputusan untuk menumbuhkan perusahaan
berkaitan dengan strategi bisnisnya, dan mempengaruhi perusahaan secara
keseluruhan sebagaimana pendefinisian ulang bidang atau aktifitas perusahaan.
Sebagai hasilnya, ekspansi hampir menjadi sebuah keharusan dalam bisnis pada
dinamika ekonomi modern. Dengan demikian, apabila pimpinan perusahaan memutuskan
untuk ekspansi, langkah selanjutnya yakni menganalisa semua kemungkinan peluang
pembangunan, yang mana hal tersebut harus mempertimbangkan kemanakah arah
ekspansi mereka, agar mudah untuk menentukan ekspansi yang akan dilakukan. Ini
berarti perusahaan harus menetapkan dua alternatif yang mungkin untuk dilakukan
: spesifikasi, ataukah diversifikasi.
Sebuah perusahaan yang terintegrasi penuh secara vertikal adalah salah
satu ciri strategi yang aktifitasnya melingkupi seluruh rangkaian proses
produksi untuk beberapa macam tipe barang yang
berasal dari bahan baku hingga
pengiriman barang jadi ke konsumen. Mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi pimpinan perusahaan untuk memilih tipe strategi dalam pengembangan
perusahaan akan sangat penting. Hal lain yang tak kalah penting yakni melihat
bagaimana catatan keuntungan integrasi vertikal, yang memperlihatkan ukuran
yang timpang antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil.
Konsekuensinya, pemilik hotel-hotel besar di dunia memilih strategi yang
general, tidak menunjukkan variasi. Pada
beberapa kasus bahkan mereka memilih strategi yang bertoak
belakang.
![]() |
Hotel |
Integrasi horizontal terjadi ketika beberapa perusahaan, kesemuanya
termasuk dalam level yang sama termasuk dalam kompetisi untuk memenangkan derajat tertinggi dalam konsentrasi atau bidang industri
tersebut. Analisa yang hati-hati diperlukan dalam memetakan faktor yang
mempengaruhi derajat integrasi horizontal dan pertumbuhan fenomena ini, pada beberapa peluang perdagangan bisnis perhotelan,
selama lima puluh tahun terakhir, organisasi tunggal umumnya mengelola beberapa
buah hotel. Maka untuk dapat mempelajari manajemen yang diterapkan organisasi
besar tersebut, kita dapat mempelajari portofolio 10 perusahaan besar di bidang
perhotelan sebagai sampel yang representatif.
Integrasi diagonal dapat dikatakan terjadi ketika perusahaan bersama dengan kegiatan yang berkaitan memasuki
kompetisi dengan tujuan memangkas pembiayaan dan membangun hubungan lebih dekat
dengan konsumen. Batu loncatan dalam strategi ini yakni sektor ekonomi,
perbaikan dan penambahan sistem, dan sinergi. Industri perhotelan tidak banyak
yang menunjukkan tendensi secara besar-besaran dalam mengadaptasikan strategi
diagonal. Salah satu contohnya adalah Grubanges, sebuah perusahaan perhotelan
yang melingkupi produksi hotel secara menyeluruh dari keuangan hingga pembangunan
manajemen hotel, dibangun sebagai hasil usaha patungan dalam rangkaian industri
perhotelan, termasuk di dalam sistemnya yakni Barcelo Hotel&Resort,
Argentaria Bank, dan pemborong Fomento de Construction y Constrates.
Penggabungan dan penambahan yang dialami oleh industri perhotelan
internasional merupakan akibat dari industri pariwisata yang secara radikal
mengubah skenario kompetitif dalam industri
perhotelan. Kita dapat menganalisa isu penggabungan dan penambahan dari konsep
dasar sudut pandangnya. (lihat pada teori penggabungan dan penambahan,
pertumbuhan internal vs eksternal, dan pro kontra dua buah strategi) dan dari
sudut pandang para praktisi.
Perserikatan atau kerjasama dapat didefinisikan sebagai persetujuan antara
dua atau lebih perusahaan, yang mana pemiliknya memutuskan untuk menggabungkan
setidaknya beberapa aktifitas dalam perusahaannya dengan tujuan meraih tujuan
tertentu. Pada dekade silam, sejumlah strategi tumbuh mengikuti garis kurva eksponensial. Inilah mengapa fenomena bisnis ini harus ditelaah
lebih mendalam. Lebih spesifiknya, kita harus mengetahui kemungkinan motif, proses, dan bentuk dari persekutuan. Sebagi contoh kita dapat melihat
persekutuan atau kerjasama yang dilakukan oleh Hilton Hotels Corporation and
Hilton International, dua perusahaan berbeda dengan pemilik yang juga berbeda.
Franchising merupakan bentuk kerjasama antar perusahaan dimana satu
perusahaan bertindak sebagai franchiser,
yaitu pihak yang menjamin perusahaan lain yang
bernaung dibawah merek dagangnya atau disebut sebagai franchisees. Franchisees
memiliki hak untuk mengkomersilkan beberapa tipe produk dan atau jasa yang
ditukar dengan sejumlah kompensasi finansial. Pada industri perhotelan,
terdapat beberapa tipe pembayaran dalam franchising, yakni initial fee, yearly fees, marketing fees, dan reservation fee. Dalam sistem franchise, hotel yang tersebar di seluruh dunia
melakukan perjanjian antara manajemen perusahaan dengan pemilik perusahaan
hotel, di bawah sepengetahuan komisaris pendiri
yang menjalankan dan mengelola bisnis hotel. Pemilik tidak perlu membuat
keputusan terkait pengelolaan, namun dia memiliki tanggung jawab dalam
menyediakan kebutuhan modal dan memenuhi pembayaran biaya dan hutang.
Perusahaan pengelola menerima upah untuk pelayanannya, dan umumnya pemilik
menerima keuntungan sisa setelah semua biaya sudah terpenuhi. Hal ini merupakan
sektor dimana kontrak manajemen memainkan peran kunci dalam industri
perhotelan. Kontrak merupakan kombinasi dari biaya dasar dengan biaya insentif.
Sewa kontrak didefinisikan sebagai
perjanjian untuk menyewa hotel untuk beberapa periode waktu. Biasanya pihak
penyewa merupakan grup perusahaan perhotelan, maka sewa kontrak cenderung
dilakukan untuk melibatkan penyewa dalam mendapatkan kesan dan proses produksi.
Tipe sistem pembayaran dengan cara sewa kontrak terdiri dari : jumlah ketetapan
tahunan yang saldonya ditetapkan dengan CPI (Consumer Price Index) yakni
presentase pendapatan, presentase aliran dana(cash flow), atau salah satu
diantara kedua pembiayaan tersebut yang dikombinasikan dengan jumlah total.
Kepemilikan terdiri dari keseluruhan atau sebagian penerimaan hotel. Memberikan
sejumlah besar uang yang dibutuhkan untuk penerapan strategi ini merupakan hal
yang paling lamban, sedikit keuntungan, dan merupakan strategi pertumbuhan yang
paling riskan.
Branding terdiri dari penelitian nama terhadap merek dagang,
pembangunan, dan implementasi. Satu dari tujuan utamanya adalah untuk
memposisikan produk tertentu dan menciptakan rasa loyalitas pelanggan.
Selayaknya, branding merupakan
strategi dari bagian besar yang penting.
Dalam industri perhotelan, branding
sudah dikembangkan sejak dahulu dalam kurun waktu yang lama. Antara dekade
1950-1960, membangun nama tunggal bagi
merek dagang adalah ciri yang khas,
kemudian pada dekade 1980an multibranding
memenuhi tren merek dagang. Kini, mengelompokkan nama merek dagang menjadi hal
yang umum dilakukan. Mengenali sejarah dibalik branding hotel-hotel ternama di
dunia akan memudahkan kita mengenali peluang strategi pemasaran industry
perhotelan.
Globalisasi pasar dan kemungkinan keterbatasan perusahaan multinasional biasanya dipengaruhi oleh hal
berikut : 1) keuntungan spesifik kepemilikan dari perusahaan multinasional ; 2)
keuntungan spesifik lokasi di suatu Negara ; 3) globalisasi pasar atau
keuntungan pengkoordinasian. Selanjutnya kita dapat memakai 5 teori pendekatan
untuk menuju globalisasi bisnis, berkisar dari ketertarikan yang kecil atau sama sekali tidak ada ketertarikan untuk
ekspansi ke arah global, hingga teori geosentris
atau orientasi global. Ini merupakan peran kunci dari hubungan strategi dan pemasaran yang dilakukan dalam ekspansi
internasional hotel-hotel besar.
E.
TEORI
Strategi Kompetitif
Porter mengusulkan istilah umum strategi didasarkan pada faktor yang
mempengaruhi persaingan, dengan kata lain berdasarkan analisis lingkungan
kompetitif. Situasi kompetitif pada sektor industri khusus tergantung pada lima penentu dasar kompetitif (Porter,1982) yakni
:
Ø
Ancaman pendatang baru yakni kompetitor potensial
Ø
Ancaman dari produk atau jasa pengganti
Ø
Daya tawar konsumen
Ø
Daya tawar supplier
Ø
Persaingan antara kompetitor yang sudah ada
Beberapa metode dapat memastikan strategi efektif akan dapat
menempatkan perusahaan pada posisi yang aman, dan melindunginya terhadap lima
penentu kompetisi. Metode tersebut diantaranya 1) memposisikan perusahaan yang mana kemampuannya menjadi senjata
pertahanan terhadap lima penentu kompetisi ; 2) mempengaruhi keseimbangan
penentu kompetitif dengan langkah-langkah strategis, dan meningkatkan posisi relatif
bisnis ; 3) mengantisipasi dan merespon dengan cepat untuk mengubah faktor
dimana penentu bergantung pada hal tersebut, kemudian memilih langkah strategi
knsisten dengan keseimbangan kompetitif yang baru sebelum rival melihat
kemungkinan ini.
Aspek penting dalam teori kompetitif Poter adalah value chain yang mana, pimpinan perusahaan harus mampu
mengidentifikasi aktifitas yang dapat mempengaruhi tujuan dari strategi
kompetitif yang diterapkan. Strategy kompetitif dibagi menjadi tiga, yakni : costleadership strategy, differentiation
strategy, dan Focus or market niche strategy.
Diversifikasi dan Spesialisasi
Diversifikasi dapat dipertimbangkan sebagai salah satu faktor utama dalam
evolusi ekonomi kapitalis. Mekanisme diversifikasi ditelaah dalam struktur sektor
yang mana diversifikasi berhubungan dengan kegiatan yang ada dalam sistem
manajemen. Kenyataannya, studi mendalam tentang diversi menggambarkan tahapan
perubahan, dan butuh strategi yang matang dalam memutuskan proses
diversifikasi. Pada dekade 1980an, perhatian utama para pimpinan bisnis dapat
dilihat, yakni tendensi yang kuat untuk kembali kepada aktifitas utama
perusahaan. Pimpinan perusahaan harus berhati-hati dalam memilih tipe strategi
yang sesuai bagi pembangunan perusahaan : apakah dengan spesialisasi ataukah
diversifikasi
Meskipun perubahan ini menyebabkan dimensi baru bagi perusahaan dan
meningkatkan potensi partumbuhan perusahaan, tetapi tidak tanpa resiko. Maka
pengetahuan tentang diversifikasi menjadi penting. Diversifikasi terjadi hanya
jika perusahaan mencoba berkembang dengan cara memperkenalkan produk yang baru
ke pasar yang baru. Ini berbeda dengan ekspansi, yang mana sebagai usaha
memasuki pasar (usaha intensif untuk menjaga keberadaan produk di pasaran),
pengembangan pasar (mencari pasar baru bagi produk perusahaan yang sudah ada),
ataupun pengembangan produk (menawarkan produk baru di pasar yang sudah
terdahulu). Diversifikasi merupakan aktifitas
yang samasekali baru yang memasukkan beberapa faktor sebagai kunci kesuksesan,
bersamaan dengan situasi kompetitif yang berbeda. Perusahaan dapat memperluas
wilayah pangsa pasarnya dengan memasuki wilayah pemasaran geografis baru,
memenuhi kebutuhan pasar, atau memperkenalkan teknologi baru dengan berbagai
cara, kombinasi, dan pendekatan kepada konsumen. Definisi diversifikasi
membantu kita dalam memahami ketika pimpinan perusahaan memutuskan untuk
mendiversifikasi, maka kesuksesannya tergantung tidak hanya pada
peluang keuntungan dan potensi pertumbuhan dari aktifitas bisnis yang baru,
akan tetapi juga tergantung kapasitas perusahaan dalam membangun apakah itu
sebuah keahlian baru yang diperlukan dalam aktifitas ini, atau bahkan untuk
bidang bisnis baru yang didirikan oleh perusahaan. Ini menyatakan bahwa
ekspansi atau pun spesialisasi terkait dengan
kesulitan yang dialami dalam diversifikasi. Mungkin, suatu perusahaan harus
melakukan diversifikasi hanya ketika perusahaan tersebut tidak mampu berkembang
sengan cara spesialisasi (Strategor, 1998).
Situasi yang berbeda jauh akan memerlukan ketrampilan baru, dan ini
merupakan karekteristik utama diversifikasi. salah satu tipe diversifikasi
yakni diversifikasi pemasaran (marketing diversification) , tipe ini mengelompokkan spesialisasi
dalam kasus yang tidak memerlukan keterampilan bisnis yang baru. Pemilik
perusahaan dapat mengatasi krisis dengan cara pemecahan sumberdaya tambahan dan
memfokuskan pada usaha mereka untuk membatasi beberapa aktifitas agar
mendapatkan kritik dari masyarakat. Tren ini berlanjut untuk meningkatkan
popularitas diantara berbagai sektor dalam proses globalisasi. Namun demikian,
fenomena ini menandakan bahwa diversifikasi dilakukan untuk menumbuhkan perusahaan
dan proses diversifikasi dan spesialisasi yang dilakukan bersamaan memerlukan
sejumlah besar sumberdaya dan ketrampilan baru (Strategor, 1988). Diversifikasi dibagi
menjadi tiga tipe, yakni Concentric or homogenous, Vertikal diversification, dan Conglomerate (or pure
or heterogeneous) diversifiication.
Alasan utama mengapa diperlukan diversifikasi yakni : 1) kebutuhan untuk
menginvestasikan keuntungan, uang, ataupun ketrampilan ; 2) Pengurangan resiko ; 3) usaha untuk menguatkan posisi persaingan
perusahaan ; 4) kebutuhan untuk merevitalisasi aktifitas perusahaan.
Integrasi Vertikal
Sebuah perusahaan yang terintegrasi
secara vertikal membawa semua aktifitasnya termasuk tingkatan berbeda sarana
produksi dan tipe khusus barang, dengan bahan mentah yang kemudian diolah
menjadi barang jadi untuk konsumen. Ketikastudi ekonomi berbicaratentang
struktur industri yang diperoleh dari revolusi industri dan produlsi masal,
dimana spesialisasi dan mekanisasi mengarahkan pada disintegrasi vertikal dalam
proses ekonomi (Chandler,1987). Alasan mengapa suatu perusahaan menerapkan
integrasi vertikal yakni untuk mendapatkan keuntungan, maupun mencari strategi
yang membawa keuntungan. Integrasi vertikal menciptakan keuntungan dalam hal
pembiayaan berdasarkan :
Ø
Memberi harapan untuk meningkatkan skala ekonomi
Ø
Mengurangi sahamintermediet
Ø
Membatasi biaya kontrol dan koordinasi
Ø
Menekan biaya transaksi
Ø
Meningkatkan efisiensi aktifitas khusus,dan
Ø
Menyederhanakan proses produksi
Integrasi vertikal memungkinkan
perusahaan memperoleh peluang untuk meningkatkan kompetensi keahliannya.
Keuntungan finansial, ekonomi,dan strategi dalam integrasi vertikal dapat saja
tidak berjalan baik apabila sebagian atau seluruh efek dari hal yang mengganggu
tidak dapat diatasi oleh manajer perusahaan, atau ketika mereka tidak
mampu mengubah struktur penting, sistem manajemen, dan budaya kerja.
Integrasi Horizontal
Integrasi horizontal terjadi apabila
beberapa perusahaan pada level yang sama tergabung untuk mendapatkan derajat
yang lebih tinggi dalam bisnis. Robinson (1997) mengklasifikasikan
faktor yang mempengaruhi integrasi horizontal yakni:
Ø
Faktor Teknis : sebagian faktor teknis menentukan ukuran
perusahaan, akan tetapi untuk perluasan perusahaan, faktor teknis harus
dikombinasikan dengan faktor lainnya.
Ø
Faktor manajemen : apabila ekspansi perusahaan tidak
membatasi faktor manajemen, maka pengelolaan akan membutuhkan biaya yang lebih
tinggi, karena semakin besar suatu perusahaan, pembiayaannya juga akan semakin
tinggi. Namun apakah biaya rata-rata untuk manajemen harus ditingkatkan, ini
masih belum jelas.
Ø
Faktor finansial : Pada beberapa sektor, perusahaan mungkin bermula dengan modal yang sedikit, yang kemudian meningkat
perlahan seiring peluang yang semakin terbuka. Bisnis tidak akan berjalan
dengan pertimbangan yang lemah tentang modal yang digunakan.
Ø
Faktor penjualan : apabila permintaan untuk sebuah produk terbatas, dan perusahaan hanya mampu
memproduksi sebuah untuk produk tersebut, maka ukuran perusahaan dibatasi oleh
permintaan tersebut. Ini dapat berlanjut untuk meningkatkan jumlah produk yang
tidak terbatas jumlah permintaan. Dalam kasus ini,
permintaan yang terbatas tidak akanmembatasi ukuran perusahaan.
Ø
Faktor resiko : karena pimpinan perusahaan tidak mampu
melihat masa depan walaupun dengan berbagai presisi, mereka terpaksa membuat
rencana masa depan dengan peramalan yang secara langsung pembuatannnya
berdasarkan koefisien kejadian masa lampau. Ini merupakan kondisi dimana pengusaha
tidak yakin tentang seberapa realistis sebuah peramalan, ini lah faktor resiko.
Resiko lainnya dapat disebabkan oleh fluktuasi variabel yang terlalu mudah
diprediksi.
Integrasi
Diagonal
Elemen kunci dari integrasi diagonal
didasarkan pada konsep pendekatan hubungan dengan kosumen, sehingga kemudian
dapat mengurangi biaya pengiklanan atau promosi. Integrasi diagonal menawarkan
beberapa manfaat dari manajemen sinergis yang menjadi ciri dari integrasi ini,
yakni mensinergiskan manajemen, operasional, dan organisasi yang terkait dengan
aktifitas, dimana aktifitas tersebut dapat menciptakan keuntungan.
Penambahan dan
Penggabungan
Sebelum mengetahui tentang permasalahan
yang menyebabkan adanya Penambahan dan Penggabungan perlu kita ketahui tentang
pertumbuhan internal dan eksternal. Pertumbuhan internal didasarkan pada
investasi oleh perusahaan itu sendiri, sementara pertumbuhan eksternal
merupakan hasil dari keuntungan, pembelian saham, pengendalian, atau kerjasama
dengan perusahaan lain.
Dalam Penambahan dan Penggabungan
terdapat beberapa macam teori yang mendasarinya, yakni :
Ø
eficiency theory : menurut teori ini Penambahan dan
Penggabungan merupakan hasil dari sinergisme finansial, operasional, dan
manajerial
Ø
monopholistic theory : menurut teori ini Penambahan dan
Penggabungan dilaksanankan untuk menambah daya saing perusahaan.
Ø
raider theory : menurut teori ini, membuat penawaran
baru akan pengontrol pembagian dasar dalam penambahan. Dengan metode ini, tidak
ada negosiasi yang terjadi antar perusahaan yang terlibat, ataupun bila mungkin ada, itu tidak mempengaruhi
apapun.
Ø
valuation theory : menurut teori ini, Penambahan dan
Penggabungan dilaksanankan oleh dewan direksi yang memiliki aksesterhadap
informasi yang lebih akurat pada nilai yang nyata yang dialami oleh perusahaan
yang dapat ditemukan pada pasaran investasi.
Ø
empire-building theory : didasarkan
oleh ide seorang manajer, yang bertanggungjawab membuat dan melaksanakan
strategi; dan memiliki satu tujuan yakni memaksimalkan kinerja perusahaan.
Kekuatan manajemen perusahaan akan membawa perusahaan menembut pasar yang lebih
besar.
Ø
process theory : ini mungkin teori yang terahir
dibuat, menurut Trautwein (1990), teori ini berusaha menengahkan Penambahan dan Penggabungan dengan meletakkan sistem ini pada kekuasaan
tim manajemen yang membuat keputusan, tanpa mengganggu analisis lebih mendalam
tentang sistem alternativ.
Ø
economic disturbance
theory : mengusung ide bahwa Penambahan dan Penggabungan saling mempengaruhi satu dama lain. Ini
disebabkan oleh gangguan ekonomi (Gort, 1969) yang membentuk pola sikap
individu dan ekspektasi
Strategi
Persekutuan : Kasus usaha Patungan
Strategi persekutuan berkisar dari yang
paling sederhana hingga yang paling kompleks, dimana tidak selalu hanya hotel,
tetapi perusahaan juga tergabung dalam persekutuan, seperti agensi travel, yang
bergerak secara integrasi vertikal. Manfaat dari strategi
persekutuan yakni perusahaan dapat secara cepat mendapatkan keuntungan atas
pengakuan masyarakat bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan multinasional. Kemudian strategi ini menjadi strategi yang banyak dikembangkan oleh banyak
industri, khususnya industri travel, dimana perusahaan menjadi global. Tipe
perjanjian persekutuan biasanya dapat ditangkap oleh kompetitor pada bidang
yang sama. Sebagai sebuah perusahaan, kerjasama antara dua atau lebih
perusahaan dimana setiap bagian mencari kemampuan untuk berkompetisi dengan
mengkombinasikan sumberdaya yang dimiliki
oleh setiap anggota persekutuan (Dawson,
1992)
Kontrak Franchise
Franchising adalah bentuk kerjasama antar perusahaan dimana ada
perusahaan yang berpesan sebagai franchiser, yakni yang menjamin perusahaan dibawahnya, dan franchisees, yakni perusahaan yang memiliki hak komersialisasi
merek dagang. Kontrak Franchise minimal terdiri dari :
1. Penggunaan nama bersama
dengan layout, desain, dan presentasi yang sama atas ide dasar dimana franchisees
menjalankan bisnisnya
2. Membagi pengetahuan-dan bagaimana cara
pelaksanaan bisnis
3. Termasuk
penggunaan teknisi dan bahan komersial pendukung, yang diberikan pada franchisees oleh franchiser.
Jika seseorang memperoleh Franchise hotel dan menjadi anggota
bisnis, dia juga memiliki tanggung jawab untuk kontrol standar kualitas, dan
berpartisipasi dalam program pemasaran yang diwajibkan. Juga menaati kebijakan
perusahaan hotel, agar tidak mencoreng nama atau memberi kesan negatif terhadap
nilai nama merek dagang yang sudah ada.
Kontrak Manajemen
Sebuah kontrak bisnis manajemen dapat diartikan sebagai kontrak dibawah
persetujuan perusahaan untuk mengelola perusahaan lain atas nama dan resiko
kemudian hari, dalam rangka pertukaran dalam upah finansial (Sharma, 1984).
Aplikasi kontrak manajemen bisnis dalam sektor perhotelan mengarahkan pada istilah
kontrak manajemen hotel (Perez Moriones, 1998).
Kontrak manajajemen harus didesain untuk menyesuaikan setiap situasi,
dengan perhatian kusus terhadap persetujuan pembiayaan. Kontrak ini harus
melingkupi hal seperti pengadaan modal oleh manajemen perusahaan, apabila diterima, rancangan biaya dan pembatasan, akuntansi dan kondisi
finansial, jangka waktu kontrak, ketentuan baru dalam perjanjian (pembaharuan),
kondisi untuk pembatalan kontrak, pelayanan yang harus disediakan oleh
manajemen perusahaan, dan jumlah minimal tahunan untuk pengiklanan, penggantian barang yang rusak, peralatan, dan hal lain yang
terkait. Kontrak ini harus dengan jelas menerangkan bahwa persetujuan antara
pemilik dengan manajer pelaksana, bukanlah kontrak sewa. Pemilik menyediakan hotel
dan perlengkapannya, yang secara legal memilikinya, sementara manajer menyetujui untuk
mengelola hotel, membayar semua biaya
atas nama sang pemilik, dan dari pengumpulan keuntungan dan komisi diserahkan
langsung pada pemilik.
Sewa Kontrak dan Kepemilikan
Sewa kontrak didefinisikan sebagai
penyewan hotel untuk periode waktu tertentu, normalnya tidak kurang dari tiga
tahun, dan bisa mengikuti perubahan. Dalam industri perhotelan, objek dari sewa
kontrak yakni hotel itu sendiri termasuk di dalamnya semua furnitur dan
perlengkapan. Pihak penyewa bertanggungjawab atas seluruh biaya amortasi,
termasuk perbaikan gedung. Pembayaran sewa dibayarkan oleh penyewa kepada pihak
yang memebri sewa dalam bertuk biaya tahunan, pembayaran presentase keuntungan
tahunan baik 5%, 15%, atau beberapa persen dari total keuntungan keseluruhan.
Branding
Branding menjadi penting dalam strategi produk.
Di satu sisi untuk membangun sebuah nama produk dibawah nama merek dagang
membutuhkan investasi jangka panjang, terlebih untuk publikasi dan promosinya.
Namun ini akan memudahkan perusahaan apabila memiliki merek dagang sendiri.
Price Waterhouse Coopers (PWC) mengidentifikasi
lima tipe kepemilikan merek dagang yang dimiliki oleh perusahaan perhotelan :
1. Monolithic : merupakan
brand-tunggal yang biasanya berasosiasi langsung dengan kepemilikan atau
manajemen.
2. Umbrella : Brand yang
dikelola oleh perusahaan memiliki beberapa atribut umum, namun melingkupi
bagian dan operasionalitas yang berbeda tingkat.
3. Endorsement :tipe ini
mengadopsi konsorsium barat. Brand memiliki atribut umum yang terbatas.
4. Co-branding :diadopsi
oleh brand nasional yang lebih lemah untuk mendapatkan konsumen yang lebih
meluas karena hotel ini menggunakan nama brand internasional di sebagian nama
brand.
5. Multiple :Termasuk
pengelompokan brand internasional yang memiliki sedikit karakteristik umum.
Globalisasi Industri perhotelan
Pasar global menawarkan peluang baru bagi diversivikasi luar negri,
memberikan akses terhadap pasar geografis baru sebagai hasil dari kecilnya
penghalang komersial, meluasnya komunikasi, dan rendahnya biaya transportasi.
Faktor yang mempengaruhi globalisasi :
Ø
Pasar itu sendiri
Ø
Pemerintah dan perubahan kondisi kompetisi pasar bebas
Ø
Bisnis itu sendiri
Globalisasi akan menemui tantangan baru
dalam menjalani bisnis :
Ø
Mereka akan menghadapi naiknya presentase bisnis
internasional di pasar lokal, merepresentasikan kompetisi ke depan, persaingan harga, dan tekanan tambahan yang membuat perusahaan perlu
menambah kualitas layanannya
Ø
Globalisasi menambah kompleksitas manajemen bisnis,
pengelolaan bisnis pada pasar geografis yang berbeda, dengan konsumen berbeda,
politik yang lebih luas, juga resiko ekonomi dan finansial.
Ø
Globalisasi juga dipengaruhi pemerintahan, ini menunjukkan
kenaikan pembatasan yang didesain oleh pemerintah untuk membatasi kebijakan ekonomi.
F.
REKOMENDASI
1.
Penting untuk menegaskan terhadap pembedaan produk
perusahaan, pelayanan kepada konsumen, teknologi yang digunakan, kualitas, dan
lain sebagainya, ini dilakukan untuk menjadi penghalang atau pertahanan perusahaan
bagi kompetitor baru yang akan memasuki pasar.
2.
Kita harus mengingat bahwa perbedaan penelitian menyatakan
berbedaan tentang korelasi antara profitabilitas, strategi kompetitif, dan
pembagian pasar.
3.
Strategi globalisasi tidak harus berupa alternatif dalam
strategi diversifikasi. Di beberapa kasus, globalisasi mengiringi dan menunjang
diversifikasi perusahaan.
4.
Strategi diversifikasi akan menjadi potensi bagi perusahaan
baik dalam manajemen, perniagaan, dan sinergi finansial, yang akan jelas
mempengaruhi perkembangan dan perluasan perusahaan apabila hal tersebut
diterapkan dalam penggunaan yang baik.
5.
Mengenali permasalahan merupakan bagian penting dalam sistem
franchise, pengetahuan tentang bisnis franchise dan pembaharuan berkelanjutan
harus dicantumkan dalam dokumen perencanaan franchise.
6.
Konsistensi merek dagang akan lebih memudahkan untuk diterima
di pasaran dibandingkan merek yang mewah, maka dari itu kebanyakan desain dan
dan penyelesaian hotel lebih rendah dibawah hotel bintag dua.
7.
Cara terbaik menuju keberhasilan yakni dengan mempelajari apa
yang perusahaan lain lakukan dalam manajemennya, ditambah dengan mempelajari
pengetahuan baru, dan melakukan perbaikan. Mempelajari kinerja dan usaha
perusahan perhotelan lain akan sangat penting untuk memastikan bagaimana kompetisi
bisnis.
8.
Perusahaan dapat memilih untuk berjalan sesuai kurve
pembelajaran yang berubah secara bertahap dari satu pendekatan ke pendekatan
lainnya, atu tidak. Setiap pendekatan dalam bisnis perhotelan mengusulkan
budaya perusahaan tertentu, strategi dan tujuan organisasi, dan struktur yang
berbeda.
G.
KESIMPULAN
1. Derajat pembedaan dapat berkurang oleh
peniruan produk oleh kompetitor, perubahan preferensi konsumen, atau
ketidakseimbangan antara harga pokok dengan kelayakan pasti dari pembeda yang diajukan.
2. Perusahaan yang menerapkan sistem
strategi kepemimpinan dan pembedaan dalam pasar akan mendapatkan level
keuntungan yang lebih tinggi, namun pembagian pasar yang lebih rendah,
sedangkan perusahaan yang berada pada posisi pertengahan mendapatkan keuntungan
yang lebih kecil yang perlahan akan pembawa perusahaan tersebut kepada posisi
yang tidak aman.
3. market niche strategy artinya bila suatu perusahaan
memposisikan dirinya dalam kaitannya meraih target strategi dengan beberapa
cara yang dapat dilakukan dengan biaya yang rendah atau dengan tingkat
diferensiasi yang tinggi, atau dengan keduanya. Strategi ini juga dapat
digunakan untuk memilih target yang sedikit rentan terhadap produk pengganti
atau dalam situasi dimana pesaing perusahaan lebih lemah.
4. Berdasarkan pendekatan tradisional,
tugas manajemen termasuk di dalamnya adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan.
5. Dengan divisionalisasi dan diversifikasi
perusahaan, menjadikan potensial untuk manajemen, komersialisasi, dan
sinergisme finansial, yang mana jelas berpengaruh terhadap pertumbuhan
perusahaan, kebijakan, dan selanjutnya ukuran perusahaan apabila strategi dapat
diterapkan dengan benar.
6. Terkait penelitian tentang tren
franchise oleh IFA terlihat bahwa angka pertumbuhan tahunan merek dagang
franchise sangat menurun, di masa mendatang, diperkirakan sistem franchise akan
terus menurun bahkan lebih jauh menurun.
7. Persaingan antara perusahaan perhotelan
dimana banyak manajemen perhotelan baru memasuki pasar, menjadi tantangan bagi
perusahaan untuk menyetujui biaya yang lebih rendah, maka jumlah modal yang
disediakan perusahaan perhotelan kemungkinan juga harus ditingkatkan
8. Dalam Industri perhotelan, tanggung
jawab atas perbaikan bangunan dan fasilitas akan membutuhkan tambahan biaya
untuk perbaikan tidak terduga.
9. Konflik dapat terjadi dalam sebuah
kontrak, sebagai seorang pemilik menginginkan pengembalian yang cepat untuk uang yang diinvestasikan, sementara perusahaan
pengelola hotel memiliki visi jangka panjang, menawarkan harga yang murah namun
servis berkualitas tinggi, shingga keuntungan bersih nantinya akan perlahan
meningkat sesuai volume bisnis yang berkembang selama periode waktu yang
panjang dalam jangka waktu kontrak.
10. Pada saat kompetisi terjadi antara
perusahaan pengelola hotel, banyak perusahaan pengelola baru yang memasuki pasar, menerima tantangan dalam menyediakan harga yang lebih rendah, sehingga
jumlah modal yang dimiliki perusahaan perhotelan ini semakin meningkat.
11. Perusahaan perhotelan yang mengikuti
pendekatan tren akan cenderung membangun hotelnya di pasar luar negeri yang
memiliki kesamaan dengan hotel di Negara asalnya
12. Pendekatan regional memungkinkan untuk
menembus bagian pasar yang melampaui batas nasional, kemudian meningkatkan
kemungkinan skala ekonomi.
Referensi
The Growth Strategies of Hotel Chains Best Business Practicesby
Leading Companies.
Tag :
Manajemen Strategi
0 Komentar untuk "Praktik strategi pertumbuhan bisnis perhotelan Oleh perusahaan-perusahaan besar "
Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan