![]() |
sumber gambar |
Penjual
angkringan melamun
Menatap
muda-mudi bercengkrama
Pada pijakan tanah suci
Menunggu rezeki menghampirinya
Begitu jua
Pengamen menghampiriku
Menyanyikan lagu tentang rindu dan dunia panggung sandiwara
Malam kemudian menyambutnya
Gesekan pohon beringin berangsur menghilang
Aku berjalan menyusuri galian berlubang
Lalu menatap awan yang menghilangkan warna langit
Saat itu juga.
Ku menatap anak kecil dan lebih kecil lagi di pojok gang
Menangis, berkain kumal dan kehujanan
Bersama adiknya yang masih lugu
|
Hati iba
Sama pijakan buminya, namun beda nasibnya
Aku melangkah pelan dalam derai hujan yang merata
Menatapnya penuh sayang dan tak tega
Aku kemudian menyapanya
"Ke mana ayah ibumu dek"?
Dia menjawabnya
"Ayah ibuku pergi meninggalkanku"
Isak tangisnya mengiris jiwaku
Tanah yang ku pijak juga meratapinya
Kemudian ku bertanya lagi
"Mengapa mereka pergi?"
"Karena mereka tak sanggup membiayai hidupku dan adikku"
Begitu jawabnya
|
Aku panas saat
hujan
Hatiku terbakar saat dingin
Aku menghampirinya dan ku beri beberapa lembar uang kertas
Kemudian aku pergi darinya
|
Saat itu kutengadahkan tangan
Saat hujan dan mustajab
Semoga anak-anak itu bahagia masa depannya
Walaupun aku belum bisa membawanya bersamaku
Semoga kelak pijakannya lebih kuat dariku
Aamiin.
Tag :
puisi
0 Komentar untuk "Memijak Bumi yang Sama"
Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan