![]() |
sumber gambar |
Kawan, pernah Anda
menemukan sahabat Anda susah banget aturannya. Mungkin bukan sahabat, adik Anda
disuruh shalat bandelnya minta ampun. Dengan entengnya malah menjawab "Nanti aja
akh, masih banyak waktunya kok!". Saking jengkelnya Anda, mungkin harus menggunakan
rotan untuk memaksa adik Anda agar cepat shalat. Itulah contoh sederhana. Namun
tidak semuanya demikian. Yang sudah terbiasa akan segera beranjak ketika
mendengarkan suara azan.
Contoh di atas memang
sudah terbiasa terjadi di sekitar kita. Dosen saya pernah bercerita saat itu
ada tembok dengan tinggi 5 meter. Mahasiswanya suruh naik kemudian melompat.
Jawabannya sudah jelas. Mahasiswa tersebut tidak bisa. Bukan karena tidak bisa,
tapi tidak mau. Baginya manjat tembok dengan tinggi 5 meter sangatlah mustahil.
Padahal belum dicoba. Oke yang ini cukup. Cerita kedua ada seorang mahasiswa
mengambil dompet alias maling dompet orang. Saat itu ketahuan satpam.
Dikejarlah oleh satpam tersebut. Saking takutnya tembok dengan tinggi 5 meter
tersebut bisa ia lompati. Lalu saat ia selamat ia terheran-heran "Loh, kok
bisa ya saya melompati tembok dengan tinggi 5 meter?!".
Itulah potret yang
terjadi pada generasi kita. Disuruh sudah takut duluan. Belum mencoba sudah
mundur duluan. Eh, saat terpaksa tiba-tiba yang mustahil bisa terjadi. Mungkin
secara logika memanjat tembok dengan tinggi 5 meter sangatlah susah. Tapi
ketika keadaan memaksanya, apa yang nggak bisa terjadi. Semua begitu mudah
karena kepepet.
Pelajaran yang bisa kita
petik adalah janganlah semua yang kita lakukan berdasarkan keterpaksaan.
Lakukan saja apa yang seharusnya Anda lakukan. Jika diminta coba dulu dengan
usaha yang keras. Misal tidak bisa setidaknya Anda sudah mau berusaha. Jangan
pernah putus asa sebelum mencobanya. Jangan pernah membayangakan susah dulu.
Jalani dulu baru Anda akan mengatakan "Oh, itu memang susah" atau
barangkali Anda akan mengatakan hal lain begini "Hmmm, ternyata tidak susah seperti
yang saya bayangkan.".
Memang generasi kita
perlu dipaksa pada awalnya. Jika dilepaskan agar mandiri cukup susah. Awal yang
paling baik adalah bagaimana mendidik sejak dini untuk terus belajar mandiri.
Biarkan anak-anak belajar kreatif dan mau berpikir bahwa yang dilakukannya
adalah hal yang menyenangkan. Jangan pernah memaksakan apa yang tidak ia
sukainya. Pun misal itu memang dibutuhkan oleh sang anak, setidaknya bimbinglah
secara baik. Jangan paksakan ia harus menjadi A, atau B. Biarkan mereka
berkembang dengan apa yang ia miliki.
Sekarang saatnya untuk
terus belajar tanpa ada beban. Biarlah mereka yang takut sebelum mencoba tidak
akan pernah maju. Yang mundur sebelum bertanding akan dicap sebagai pecundang.
Yang selalu dipaksa melakukan sesuatu tidak akan pernah berkembang. Generasi
sekarang harus menjadi generasi yang mandiri, cerdas, kredibel dan berkualitas.
Tag :
Catatan,
Serba-serbi
0 Komentar untuk "Memang Generasi Kita Perlu dipaksa"
Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan