"Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi yang lainnya"

Selamat Datang di Sofyan Blog's - "Kesuksesan hanya milik mereka yang mau berjuang"

Sarjana Muda Tanpa Ujian Akhir

"Jika tak berkenan menunggu hadirnya pagi, cobalah kau paksa pejamkan matamu itu latifa?"
 "Tetap saja aku tak bisa" Jawabnya.

Sepertiga malam bergulir sempurna. Masih saja matanya tak bisa diajak terpejam sejenak. Kejadian ini sudah berlangsung lebih dari satu semester. Entah apa yang membuatnya demikian. Pernah waktu itu ia pergi ke dokter. Dan hasil diagnosanya Latifa baik-baik saja. Tak ada yang aneh dengannya. Hanya saja ia tak bisa memejamkan matanya lewat senja tak kembali hingga esok.

***

Pagi kembali. Calon-calon sarjana muda berangkat menuju kampusnya. Berharap cepat mendapat gelar sarjana tanpa kesusahan--pembimbing yang tidak killer tentunya--lalu pulang ke desa membawa berita bahagia. Tapi tidak bagi Latifa, ia wanita yang susah ditebak. Sudah hampir sepuluh tahun kuliah, dan bahkan sudah mendapatkan nomor mahasiswa baru. Ia masih saja enjoy dengan hidupnya. Baginya hidup adalah perjalanan. Walaupun yang dituju belum jelas arahnya.

Aku masih saja di sini. Menemaninya ketika ia merapat sepi. Kos ini dihuni lebih dari 10 wanita, dan Latifa sebagai seniornya. Sedangkan aku sudah lulus 5 tahun yang lalu. Kerja sebagai ticketing. Bagiku mendapatkan uang itu penting, bukan hanya bermimpi tak pernah berusaha. 

"Ayuk anterin aku ke kampus Ne?" Dia memanggilku dengan panggilan ne, walaupun nama lengkapku adalah irene. Bagiku panggilan bukan substansi yang perlu diperdebatkan.

"Aku kerja hari ini Fa."
"Izin sehari masak nggak bisa?"
"Nanti gajiku dipotong?"
"Nanti aku ganti".Dia menarikku dan mengajaknya ke kampus. Padahal jam 8 aku harus masuk kerja. Pikiranku ia mau mengganti dengan apa, sedangkan uang saja dia tidak punya. Orangtuanya sudah pasrah dengannnya. 10 tahun tak pernah mendapatkan gelar sarjana,. Bagiku, ia orang yang baik. Tapi mengapa ia belum lulus? Itulah yang hingga sekarang aku belum tahu.


Kami berjalan menelusuri trotoar, melintasi penjual makanan dilesehan. Sesekali, dikanan-kiri ku lihat tukang becak mengayunkan pedalnya. Yu Djum mulai membuka gudegnya, kang Asep membuka cilok Bandungnya, dan Cak Saiful membuka soto maduranya. Tak terasa aku sudah sampai di depan kampus. Aku dan Latifa memasuki pintu gerbang yang bertuliskan "Kampus Bebas Asap Rokok". Diikuti jontai langkahnya, terus menuju ke lantai dua, dan tepat di depan pintu ada tulisan "Ruang Jurusan A". 

"Kamu tidak usah ikut masuk Ne? Ini urusanku sama ketua jurusan. Tunggu di sini."

Latifa masuk dan konsultasi dengan dosen. Kurang lebih setengah jam diskusi itu belum selesai. Sesekali ku lihat di lantai bawah. Kalau-kalau ada cowok yang mau melamarku. Batinku. Sudah hampir 25 tahun tapi aku belum mendapatkan jodoh. Latifa yang belum lulus saja katanya sudah dilamar sampai 3 kali. Sedangkan aku yang sudah bekerja kok belum ada yang melamar. 

Latifa keluar dari ruang jurusan. Sambil tersenyum sumringah. Seperti kekasih yang 1 tahun tidak berjumpa lalu datang dan dilamar. Begitulah kira-kira perasaan bahagianya itu. 

"Kenapa kamu Fa? Kok kayak orang gila gitu?"

"Aku lulus Ne. Ayuk kita pulang"

"Loh kok bisa? Kan belum ujian akhir?" Aku semakin bingung dengan jawabannya. 

Dia kembali menarik tanganku dan menuju lantai bawah. Kutelusuiri jalanan kampus hingga menuju pintu gerbang dan kampusku sudah lenyap terhalang kendaraan. Latifa bernyanyi riang. Tanpa mempedulikanku yang berada di belakang. Aku kecapean mengikuti langkahnya yang begitu cepat. Ia berbelok ke warung makan.

Bersambung.

Baca juga: Madrasah Lumut


Tag : cerpen

Related Post:

0 Komentar untuk "Sarjana Muda Tanpa Ujian Akhir"

Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan

Back To Top