"Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi yang lainnya"

Selamat Datang di Sofyan Blog's - "Kesuksesan hanya milik mereka yang mau berjuang"

Surat Untuk Negeriku

Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.

Maha suci Allah SWT yang telah memberikan suatu kehidupan nan damai di negara yang masih berjuang menemukan siapa dirinya sebenarnya. Semoga Allah SWT memberikan pertolongan sehingga negeriku Indonesia menjadi sebuah negara yang bisa memberikan rasa makmur, aman, adil dan sejahtera bagi rakyatnya. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberi contoh kepada kami bagaimana kami bisa menjadi  warga negara yang taat terhadap aturan negara.

Negeriku yang masih enggan tersenyum.

sumber gambar
Berangkat dari undanganmu tentang “Surat Untuk Indonesia”, saya mempunyai keluhan dan sampai saat ini masih mendera dan entah sampai kapan Negeriku Indonesia tercinta akan menjadi sebuah negeri yang bisa didambakan oleh rakyatnya. Permasalahan demi permasalahan bergulir begitu tertata, tanpa ada solusi nyata yang bisa menjadi jawaban atas permasalahan yang ada. Permasalahan seperti pendidikan, kemiskinan, kesenjangan sosial, kesehatan, ketertiban, ketidakadilan, TKI yang terancam dihukum mati dan permasalahan lain yang sudah sangat menggurita. Hal tersebut menjadi cambuk bagi kami sebagai rakyat Indonesia betapa permasalahan ini menjadi hal yang tidak bisa disepelekan lagi. Sebagai rakyat biasa tentunya kami semua mengharapkan apa yang dijanjikan oleh pejabat dibuktikan secara nyata. Tapi apa nyatanya? Semua jauh dari janji-janji yang terucap. Semua dibantah dengan anggaran tidak ada, sistem tidak mendukung, dan alasan-alasan yang mencoba merasionalkan padahal sebenarnya tidak rasional. Bagaimana jawaban itu bisa dianggap rasional kalau pejabat yang bicara itu sang koruptor. Entahlah. Yang terpenting bagi kami sebagai rakyat akan mencoba sekuat hati dan tenaga kemudian patuh atas aturan negara. Tetapi, jika suatu saat nanti kami sebagai rakyat tidak kuat, mungkin kami serahkan KTP (kartu Tanda Penduduk) sebagai bukti bahwa kami sudah berhenti  atau mengundurkan diri menjadi warga negara. Mungkin bagi negeriku ini alasan yang lucu dan aneh. Tapi ini merupakan ketidakmampuan kami menghadapi rentetan permasalahan yang semakin hari bukannya berkurang tetapi bertambah. Objektif atau tidak tetapi itu bentuk dari kerinduan kami sebagai rakyat akan adanya negara yang menjunjung hak-hak rakyat, negara yang mengerti akan pedihnya kondisi kami di daerah perbatasan, mengerti akan nasib  kami dipelosok desa yang hanya makan nasi aking, mengerti akan bayi kami yang mati karena tidak mampu bayar biaya rumah sakit dan mengerti  akan kami di pedesaan dan daerah pinggiran  yang tidak mampu bayar uang SPP sekolah kemudian dikeluarkan.

Negeriku yang sangat aku banggakan. Rakyat bisa memahamimu karena rakyat Indonesia lebih dari 200 juta. Tetapi janganlah hanya itu yang dijadikan alasan kemudian kami tidak lagi mendapati kepedulian dan kebahagiaan. Bahagia dan peduli bagi kami itu sudah cukup. Tetapi sampai detik ini saat saya menuliskan surat ini untukmu negeriku, kebahagiaan itu terpasung dan tertutup oleh ulah oknum pejabat negara yang secara awam bagi kami sudah tidak bisa dimaafkan. Mereka menghiasai media dengan mencoba memperkaya diri sendiri dan itu selalu menjadi topik utama. Kemudian kami yang di pelosok kapan kami di sorot seperti mereka? Biar ada sedikit ruang dari negara untuk melihat kami yang lemah ini. Sudahlah, saya akan fokus  sejenak pada daerahku, betapa  masalah kesehatan menjadi faktor yang membuat saya menangis. Masih banyak orang miskin yang tidak mendapatkan bantuan kesehatan. Bahkan mereka membiarkan keluarganya yang sakit diurus di rumah padahal nyawa hampir menjemputnya. Saya tidak tahu mengapa masalah kesehatan masih saja menjadi bahan yang patut diperbincangkan dan kemudian disoroti secara tajam atau memang sebuah kalimat “Orang Miskin Dilarang Sakit” menjadi suatu kekuatan bagi kami sebagai rakyat untuk tidak sakit atau lebih baik mati. Mungkin juga jika kesenjangan mengenai bantuan kesehatan masih saja seperti ini dan bahkan tidak ada lagi kejelasan, buat saja sebuah tulisan yang besar seperti pamflet dan kemudian ditempel di perumahan warga miskin “Orang Miskin Haram Sakit”. Mungkin kalimat yang lebih tajam seperti itu bisa menjadi kekuatan bagi kami untuk tidak sakit. Kalaupun sakit, kami akan mengatakan tidak sakit, ataupun pura-pura tidak sakit. Karena bicara sakit atau tidak bukan menjadi prioritas bagimu negeriku.

Negeriku yang kusayangi. Beberapa kalimat di atas merupakan bagian dari kami peduli padamu. Indonesia yang kaya akan sumber daya manusia dan sumber daya alam masih belum mampu menemukan jati dirinya. Sakit hati kami jika semua itu hanya menjadi isapan jempol belaka. Wahai para pejabat dan orang yang menentukan kebijakan di negeri ini, kemarilah dan jenguk kami yang di perbatasan, di pelosok desa yang jalannya seperi kubangan kerbau, kami yang berada di daerah sarat konflik dan daerah terpencil lainnya. Kedatanganmu sudah cukup menyembuhkan lukaku. Beri kami kepercayaan dan mencobalah mau berkotor-kotor melihat kami di daerah yang sulit terjangkau. Bagaimana kondisi rumah sakit kami, bagaimana nasib anak-anak kami yang terkena busung lapar, bagaimana kami setiap hari masih berjuang mencari sebulir nasi. Kami sangat  merindukan negeriku yang penuh dengan kedamaian dan mau mendatangi kami dengan senyuman.
Akhir kata kami sebagai rakyat hanya bisa mendoakan semoga negeri ini menjadi negeri yang sjeahtera, subur dan makmur, adil dan aman. Dimana yang berhak akan mendapat haknya, yang berkewajiban akan melaksanakan kewajibannya dan yang berbuat baik akan mendapat anugerah sebesar kebaikannya. Tidak terlihat lagi kezaliman yang merajalela seperti orang kuat menzalimi yang lemah, yang berharta memanfaatkan hartanya untuk meraih jabatan dan possisi yang strategis. Jika masih demikian, tunggulah kehancuran.
Negeriku, rakyat bermimpi negeri ini menjadi negeri yang sederhana tetapi mampu memakmurkan rakyatnya. Bukan di mata dunia hebat dan perkasa namun bagi rakyat negeri ini tidak bisa menjadi apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Demikian surat terbuka ini mewakili rakyat kecil terutama yang berada di daerah pelosok seperti saya, semoga Allah SWT memberikan hidayah bagi mereka-mereka yang lalai akan tugasnya kemudian negeri ini akan berubah menjadi Negeri yang “baldatun toyyibatun warobbun ghofur”. Aamiin.
Salam jaya Negeriku.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wa Barakaatuh

Tag : Serba-serbi

Related Post:

0 Komentar untuk "Surat Untuk Negeriku"

Sahabat, silahkan tulis komentar yang membangun, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Mari berbagi dalam kebaikan.
Salam perjuangan

Back To Top